Avanti Kalyanashrii at Melia Bali Yoga 11 june2009

Yoga with my Mom at www.meliabali.com

5 th Anniversary of our children home Narayasa Seva, Singaraja-Bali

First School: 14 Juli 2008

Sabtu, 15 Mei 2010

Jangan biasakan berbicara salah pada anak anda.

Vera Farah Bararah : detikHealth
detikcom - Jakarta, 'Uuh atit piyut', coba cari kalimat itu dalam kamus Bahasa Indonesia pasti hasilnya nihil. Tapi bahasa cadel seperti itu sudah sangat familiar diucapkan anak kecil. Maksud hati ingin lebih akrab dengan anak, penggunaan bahasa cadel yang keseringan malah bisa bikin anak cadel hingga dewasa.

Saat anak sedang dalam tahap belajar berbicara, terkadang anak belum mampu mengucapkan kata dengan benar atau biasa dikenal dengan istilah cadel. Tapi orangtua sebaiknya tidak mengikuti cara bicara anak tersebut.

Beberapa anak kecil seperti memiliki bahasa 'planet' yang kadang sulit dimengerti oleh orang lain. Salah satunya adalah anak berbicara cadel yang terdengar lucu sehingga banyak orang dewasa yang justru mengikuti gaya bahasa si anak.

Namun, jika tidak diberi tahu bahwa si anak salah dalam mengucapkan kata, bisa-bisa kebiasaan cadel tersebut terbawa hingga si anak dewasa yang bisa membuat si anak malu karena diejek oleh teman-temannya.

Berbicara cadel merupakan suatu hal yang umum terjadi pada anak-anak, tapi sebaiknya orangtua harus segera membiasakan anak untuk dapat mengucapkan kata yang benar. Dalam hal ini kesabaran serta keuletan dari orangtua sangat diperlukan.

Seperti dikutip dari Pediatrics, Kamis (29/10/2009) dibutuhkan waktu untuk dapat mengubah kebiasaan cadel pada anak, salah satunya bisa dengan menggunakan terapi bicara. Terapi ini menyesuaikan dengan karakteristik unik dari masing-masing anak seperti keterampilan motorik oral, kepribadian termasuk motivasi dan emosi si anak itu sendiri. Dan setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

Beberapa ahli mengatakan bahwa biasanya anak yang belum bisa mengucapkan suatu kata dengan benar, bisa disebabkan oleh belum adanya koordinasi yang sempurna antara bibir dan lidah.

Kunci keberhasilan dari terapi bicara ini adalah anak merasa sukses pada apa yang telah dilakukannya, bahkan untuk mengucapkan kata yang paling sederhana sekalipun. Ucapkan secara perlahan-lahan dan buat anak merasa nyaman dalam menjalani proses ini. Terapi bicara bisa menggunakan potongan teka-teki kata dan mengharuskan si anak mengucapkan kata tersebut, atau bisa juga dengan menggunakan sebuah cerita pendek.

Orangtua sebaiknya tidak membiasakan anak salah dalam mengucapkan suatu kata, beritahu anak bagaimana cara mengucapkan yang benar. Jika anak mengulanginya terus jangan dimarahi, tapi beritahu secara baik dimana letak kesalahan si anak. Jika orangtua tidak ingin memiliki anak yang cadel, biasakan untuk mengucapkan semua kata dengan benar agar si anak memiliki contoh yang baik. Mengikuti anak berbicara cadel bukanlah suatu cara untuk mendekatkan diri yang benar dengan si anak.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Manfaat Yoga untuk si kecil


Yoga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi anak-anak.
YOGA, olahraga yang berasal dari India ini makin digandrungi pencinta olahtubuh. Tak hanya orang dewasa, kini yoga juga sudah banyak dilakoni anak-anak. Apa saja manfaat yoga untuk si kecil?
 
Manfaat latihan yoga secara rutin disinyalir dapat membuat tubuh senantiasa fit. Selain itu, juga untuk menguatkan struktur tulang dan otot serta melatih konsentrasi. Yoga merupakan olahraga yang sangat baik untuk memberikan ketangkasan dan kegesitan bagi anak-anak. Dengan yoga, anak-anak juga bisa menemukan energi dan keseimbangan dalam hidup.
 
Yoga ditujukan untuk generasi muda, mulai bayi hingga remaja. Pada masa pertumbahan anak, yoga dapat memberikan metode yang sangat diperlukan untuk menangani kesulitan mereka dalam kehidupan yang supersibuk ini. Demikian seperti dikutip okezone dari Sheknows.
 
"Manfaat yang banyak dan pada dasarnya tidak hanya memberikan dampak untuk kesehatan dan kesejahteraan, tetapi memberi mereka 'alat' untuk mengatasi stres di dalam kehidupan," ujar Laurie Yordania, terapis pada pusat kesejahteraan anak.
 
"Anak-anak, yang hidupnya tampak selalu tanpa masalah, dapat menemukan bantuan untuk meregangkan pikiran dan tubuh. Saya pikir yoga adalah media penting untuk anak-anak hidup lebih seimbang," tutur Gina Norman, pemilik tempat yoga, Yoga Kaia.
 
Lewat yoga, postur tubuh terbentuk dengan baik. Pasalnya, memasuki usia remaja, kecenderungan untuk berdiri ataupun duduk dengan posisi membungkuk banyak terjadi pada remaja.
 
"Yoga dapat menyeimbangkan dampak ledakan pertumbuhan-berkaitan dengan postur tubuh-yang memungkinkan anak-anak untuk meregangkan tubuh," jelas Norman.
 
Bahkan ketegangan tubuh anak-anak, akibat dampak pemakaian ransel berat sehari-hari, dan keletihan duduk di meja yang dihabiskan saat jam sekolah, bisa diatasi dengan yoga, tegas Norman. Yoga juga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi.
 
"Gerakan-gerakan tertentu pada yoga, membuat tubuh mengirimkan pesan melalui saraf yang terhubung ke otak, memberikan aliran pengetahuan yang lebih jelas dan lebih terbuka, dan meredakan stres," kata Candace Morano, guru yoga bersertifikat asal  New York.
(ftr)


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Jumat, 23 April 2010

Puisi untuk Avanti Kalyanashrii

Kejutan Akhir Minggu

Saat mentari terbit aku terbangun
Kudapati bunda tersenyum disisiku
Aku senang sekali

Saat berangkat sekolah ayah menciumku penuh kasih
Terucap nasehat hati-hati di jalan
Dan jadilah anak yang berbakti

Sepulang sekolah bundaku menanti
Dan berbisik tentang kejutan di rumah
Dipintu rumah aku mulai tersenyum bahagia
Ternyata ada tenda baru di rumah

Terima kasih ayah, terima kasih bunda
Hatiku bahagia
Aku suka kejutan di akhir minggu
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Selasa, 30 Maret 2010

♥ ♥ ♥ We can lead our children to a green, healthy, simple and enlightened life from the very beginning...♥ ♥ ♥

♥ ♥ ♥ We have the CHOICE to create a worthy life...they have not...THEY FOLLOW US ...IN ALL OUR CHOICES...♥ ♥ ♥
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Selasa, 16 Maret 2010

Orangtua "Serba Tahu" Bikin Anak Tak Maju

JAKARTA, KOMPAS.com — Jadi orangtua yang serba tahu ternyata ada plus-minusnya. Salah satunya, anak mengalami ketergantungan yang tak perlu.

Banyak alasan mengapa orangtua "memaksakan" diri menjadi orangtua yang serba tahu. Setiap kali anak bertanya, ia mencoba menjawab semuanya. Bahkan, kalau tidak bisa, sedikit "ngarang" pun enggak masalah. Wah! Berikut hal-hal yang melatarbelakangi sikap tersebut:

- Ingin dianggap hebat atau sebagai sosok terbaik di mata anak.

- Ingin mendapat respek berlebih dari anak.

- Ingin menjalin kedekatan dengan anak.

- Berusaha melindungi anak dari informasi yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan visi orangtua.

Hambat langkah anak  untuk maju

Meski berbagai alasan diajukan dan bisa jadi "benar" untuk kondisi-kondisi tertentu, tetap saja menjadi orangtua yang selalu tahu ada dampak buruknya, antara lain:

* Kemungkinan menghambat pembentukan rasa percaya diri dan kemandirian anak. Ia jadi terbiasa mengandalkan orangtua untuk menjawab pertanyaan/persoalannya. Dalam jangka panjang, jika ketergantungan ini makin lama makin besar, bukan tak mungkin kesempatannya untuk maju meraih sukses jadi terganggu. Mengapa? Sebabnya, anak senantiasa merasa perlu mendapat "dukungan" penuh dari orangtuanya sebelum memutuskan sesuatu.

* Tak mendapat jawaban semestinya secara tuntas. Soalnya, belum tentu orangtua menguasai semua hal yang ditanyakan anak. Lebih celaka jika si orangtua tetap ingin dianggap hebat lantas menjawab sekenanya, kurang tepat, atau bahkan terpaksa mengarang kala merasa terdesak.

* Sikap serba tahu ini menjadi makin parah kalau orangtua berusaha menyisipkan motif tertentu sesuai keinginannya. Padahal, bisa jadi jawaban tersebut malah mengaburkan inti pengetahuan anak. Contohnya, anak mempertanyakan asal-usul hujan, lalu ayah atau ibu menjawab sekenanya, "Tuhan nangis lihat anak nakal." Bagi anak batita, besar kemungkinan jawaban ini dianggap benar (meski untuk sementara waktu). Bukankah selama ini ia beranggapan selalu mendapat jawaban yang benar atas tiap pertanyaan yang diajukannya?

* Mematikan kreativitas dan daya pikir kritis anak dalam memecahkan masalahnya. Toh selama ini ia sudah terbiasa tinggal terima "suapan" orangtuanya.

* Wawasan pengetahuan anak jadi terbatas karena sumbernya hanya dari orangtua saja.

* Anak menjadi sangat bergantung pada orangtua. Jangan heran kalau pada masa selanjutnya waktu orangtua akan tetap tersita untuk memenuhi kebutuhan anak.

Informasi tersaring

Kendati demikian, jika orangtua mampu "menarik ulur" sikap serba tahunya secara pas, sederet manfaat bisa dipetik anak. Lalu, bagaimana cara bersikap bijak dalam hal ini? Berikut sejumlah tips yang bisa diterapkan:

* Ketika anak mengajukan pertanyaan, pertegas dulu apa yang dimaksud/ditanyakannya. Jangan buru-buru menjawab panjang lebar hanya karena merasa bisa memberikan jawaban yang tepat.

* Tanyakan alasannya mengapa ia bertanya mengenai masalah itu. Ini penting untuk mengasah kemampuan anak bernalar.

* Setelah jelas apa yang ditanyakannya, barulah jawab pertanyaan anak secara gamblang. Yang pasti, sesuaikan dengan perkembangan usianya dan beri jawaban dengan porsi tepat. Jangan berlebihan atau sebaliknya terlalu seadanya. Kalau anak usia 5 tahun bertanya mengapa ada hujan, contohnya, orangtua tak perlu menjelaskan proses kimia terjadinya hujan meski ia seorang ahli kimia. Cukup garis besar ilmiahnya saja.

* Jelaskan dari mana Anda bisa menjawab pertanyaan itu. Misalnya dengan menunjukkan ensiklopedi yang memuat jawaban tersebut. Dengan demikian, anak mendapat pemahaman bahwa orangtuanya bisa menjawab karena rajin membaca buku. Dalam diri anak akan tertanam, kalau ia mau membaca buku, ia pun pasti akan "sepintar" ayah dan ibunya.

* Saat anak menunjukkan kekaguman karena Anda bisa menjawab pertanyaannya, jangan ge-er dulu dengan menjawab, "Jelas dong, mamanya siapa dulu." Yang dianjurkan adalah menunjukkan pada anak mengenai sumber-sumber informasi, seperti televisi, buku, dan internet, sebagai media belajar untuk menemukan jawaban atas segala pertanyaannya.

* Jika memang tidak bisa menjawab pertanyaan anak, jangan coba-coba sok tahu. Tak perlu malu untuk mengakui bahwa saat ini Anda tidak tahu. Namun, langsung tawarkan kepada anak untuk mencari jawabannya bersama-sama di buku. Kalaupun jawaban yang dimaksud tidak ada di sumber tadi, tak ada salahnya bertanya kepada orang lain yang memang kompeten di bidang tersebut. Pendek kata, jangan segan untuk belajar dan belajar kembali. Terlebih jika Anda merasa makin lama kian banyak pertanyaan anak yang tak bisa terjawab.

* Sementara jika jawaban yang Anda berikan sebelumnya ternyata salah, jangan segan untuk meralatnya. Jangan pernah merasa "malu" karena telah salah menjawab. Lebih baik segera meralatnya daripada anak mendapat informasi yang salah selamanya.

Manfaat yang diperoleh:

Tentu saja kalau ditunjukkan secara pas, sikap serba tahu mendatangkan manfaat, antara lain:

- Hubungan orangtua dan anak menjadi lebih dekat karena frekuensi komunikasi di antara keduanya pasti lebih intensif.

- Orangtua lebih dihargai dan dipandang pintar, hebat, atau bahkan diidolakan anak.

- Jawaban yang diterima anak lebih terseleksi dibandingkan jika anak mencari-cari sendiri melalui teman atau internet.

- Akses anak untuk memecahkan persoalannya menjadi lebih mudah karena orangtua lebih mudah dijangkau.

- Anak memperoleh rasa aman karena orangtua selalu ada untuk memberi tahu apa yang dibutuhkan dan ingin diketahuinya.

- Orangtua terdorong untuk belajar serta memperluas pengetahuan supaya terus bisa menjawab pertanyaan sekaligus membantu persoalan anak.

- Secara implisit anak jadi terdorong untuk banyak belajar agar menjadi "serba tahu" seperti orangtuanya. (Marfuah Panji Astuti)

Narasumber: Vera Itabiliana, Psi.
dari Yayasan Pembina Pendidikan Adik Irma, Jakarta

click to enlarge

⁠Editor: acandra ⁠ ⁠Sumber : Tabloid Nakita⁠
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Rabu, 10 Maret 2010

Cara menggali dan Mengasah Bakat Anak

JAKARTA, KOMPAS.com
Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat oleh orang lain.  

Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat melalui latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap bidang yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut.

Sedikit Bantuan
Bagaimana bisa mengetahui kalau anak kita berbakat? Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras.

Contohnya anak yang berbakat menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman nadanya juga bagus. Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru atau menghafal bahasa asing lebih cepat.

Begitu anak yang mempunyai bakat menggambar atau melukis. Kualitas garis yang dimiliki anak tersebut akan terlihat lebih halus. Mereka mengerti warna, komposisi yang dibuat juga lebih bagus dan menarik.  

Anak yang berbakat juga bisa mempelajari sesuatu dengan cara berbeda dibanding anak lain. "Anak berbakat hanya memerlukan sedikit bantuan dari orang dewasa. Mereka kerap memecahkan masalah dengan caranya sendiri," ungkap perempuan yang menyelesaikan MA dalam bidang Applied Anthropology & Community and Youth Work Goldsmith College University of London.

Anak yang senang mengutak-atik mainan merupakan wujud dari minatnya terhadap benda tersebut. Baginya, mengutak-atik mainan merupakan eksplorasi dari keingintahuannya lebih lanjut.

Anak yang mempunyai bakat biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano atau berenang tak hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau berenang tanpa disuruh.

"Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya. Dengan begitu, potensi atau kemampuan yang dimiliki anak akan tergali secara optimal, sehingga anak mampu berprestasi," tutur Clara.

Bangkitkan Minat
Sayangnya tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak berbakat yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadi, kata psikolog lulusan UI ini, diperlukan dukungan lebih banyak dari orangtua, agar bakat anak bisa terasah secara optimal.  

Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.

Madonna contohnya. Di usia 40 tahun, saat sudah mempunyai dua anak, ia membuat buku anak. Bakat yang dimilikinya baru disadari saat dirinya menjadi seorang ibu.
Sebenarnya hal serupa juga bisa terjadi pada anak yang mempunyai minat dalam bidang tertentu, tetapi tidak berbakat. Contohnya anak ingin mengikuti Indonesia Idol, tetapi tidak mempunyai bakat menyanyi. Nah, pada anak tipe ini, dibutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan anak berbakat. Caranya tentu saja dengan mengikuti les vokal untuk mendapat suara yang baik.

Yang penting, tambah Clara, orangtua perlu memperkaya minat anak. Jangan sampai anak hanya terpaku dengan satu minat saja. Anak yang berminat pada sepakbola, misalnya, sebaiknya juga dikenalkan dengan kegiatan lain.

"Katakan pada anak bahwa olahraga tidak hanya sepakbola. Masih ada kegiatan lain, seperti seni, yang bisa dikenalkan," kata Clara.

Cara mudahnya adalah dengan mengenalkan anak kepada teman-teman sebaya yang mempunyai beragam minat dan bakat.

Lakukan Tes Bakat
Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:
1.    Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih berminat pada hal-hal apa?
2.    Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.
3.    Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya dengan memberikan les atau permainan yang variatif.
4.    Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.

Pahami Perkembangan Anak
Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat memberikan les untuk anak.
1.    Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan sebagai upaya pengenalan kegiatan kepada anak.
2.    Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak. Jangan sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les. Clara mencontohkan, saat anaknya harus les piano, selalu menangis bila sudah sampai di tempat les. Setelah ditilik, rupanya guru les kerap mencubit atau memukul tangan anaknya bila tidak bisa mengikuti instruksi sang guru.
3.    Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan istirahat.
4.    Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Yang harus diutamakan adalah minat anak.
5.    Tetap pantau perkembangan anak.
6.    Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.

Bakat Saja Tidak Cukup!
Psikolog Clara Kriswanto menegaskan bahwa bakat saja tidak cukup. Setidaknya diperlukan tiga hal lain yang akan mengasah potensi anak :

a.    Harus ada dukungan dari orangtua maupun lingkungan
Dukungan yang diberikan tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan moril. Memberikan pujian (tanpa berlebihan dan terlalu sering) saat anak menunjukkan kemampuan juga menjadi bentuk dukungan. Bentuk dukungan juga bisa diberikan dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau temannya, apalagi sampai mendapat label negatif.  

b.    Tidak berhenti berusaha
Kalau anak tidak berminat, padahal mempunyai bakat di bidang seni atau olahraga, hendaknya orangtua tidak menyerah. Bisa saja anak merasa malas karena terlalu banyak les, hingga kelelahan. Ada baiknya tidak mengikutkan les terlalu banyak bagi anak. Orangtua hendaknya tidak memaksakan kehendak pada anak. Hukuman fisik seperti mencubit atau memukul saat anak tidak berlatih harus dihindari. Hukuman dapat membuat anak tidak tertarik pada kegiatan tersebut.

c.    Berikan fasilitas yang memadai
Fasilitas yang diberikan tidak harus selalu mahal. Sediakan fasilitas sesuai kemampuan orangtua. @ Diana Yunita Sari

click to enlarge

⁠Editor: acandra ⁠ ⁠Sumber : Tabloid Gaya Hidup Sehat⁠
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Jumat, 05 Maret 2010

Manfaat Yoga untuk si Kecil

Jum'at, 5 Maret 2010 - 17:24 wib
Adhini Amaliafitri - Okezone


Yoga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi anak-anak. (Foto: gettyimages)
enlarge this image

YOGA, olahraga yang berasal dari India ini makin digandrungi pencinta olahtubuh. Tak hanya orang dewasa, kini yoga juga sudah banyak dilakoni anak-anak. Apa saja manfaat yoga untuk si kecil?
 
Manfaat latihan yoga secara rutin disinyalir dapat membuat tubuh senantiasa fit. Selain itu, juga untuk menguatkan struktur tulang dan otot serta melatih konsentrasi. Yoga merupakan olahraga yang sangat baik untuk memberikan ketangkasan dan kegesitan bagi anak-anak. Dengan yoga, anak-anak juga bisa menemukan energi dan keseimbangan dalam hidup.
 
Yoga ditujukan untuk generasi muda, mulai bayi hingga remaja. Pada masa pertumbahan anak, yoga dapat memberikan metode yang sangat diperlukan untuk menangani kesulitan mereka dalam kehidupan yang supersibuk ini. Demikian seperti dikutip okezone dari Sheknows.
 
"Manfaat yang banyak dan pada dasarnya tidak hanya memberikan dampak untuk kesehatan dan kesejahteraan, tetapi memberi mereka 'alat' untuk mengatasi stres di dalam kehidupan," ujar Laurie Yordania, terapis pada pusat kesejahteraan anak.
 
"Anak-anak, yang hidupnya tampak selalu tanpa masalah, dapat menemukan bantuan untuk meregangkan pikiran dan tubuh. Saya pikir yoga adalah media penting untuk anak-anak hidup lebih seimbang," tutur Gina Norman, pemilik tempat yoga, Yoga Kaia.
 
Lewat yoga, postur tubuh terbentuk dengan baik. Pasalnya, memasuki usia remaja, kecenderungan untuk berdiri ataupun duduk dengan posisi membungkuk banyak terjadi pada remaja.
 
"Yoga dapat menyeimbangkan dampak ledakan pertumbuhan-berkaitan dengan postur tubuh-yang memungkinkan anak-anak untuk meregangkan tubuh," jelas Norman.
 
Bahkan ketegangan tubuh anak-anak, akibat dampak pemakaian ransel berat sehari-hari, dan keletihan duduk di meja yang dihabiskan saat jam sekolah, bisa diatasi dengan yoga, tegas Norman. Yoga juga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi.
 
"Gerakan-gerakan tertentu pada yoga, membuat tubuh mengirimkan pesan melalui saraf yang terhubung ke otak, memberikan aliran pengetahuan yang lebih jelas dan lebih terbuka, dan meredakan stres," kata Candace Morano, guru yoga bersertifikat asal  New York.
(ftr)


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 28 Januari 2010

Kidz yoga: ADHD

Yoga is a set of practices that unifies mind and body. Its ultimate goal is to help a person reach complete peacefulness and manage stress and anxiety.It is also suited for people with ADHD because it allows them to gain a sense of control and mastery.
It's fun to do it together, with a friend or relative, with a teacher, or even alone!
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 03 Desember 2009

Kucium lututku, latihan split

Yoga show (Ananda Marga Kidz Yoga)

Pray

My Fave sitting yoga pose

Head Padmasana

Sabtu, 12 Januari 2008

Meditation



Mountain stretching



Tree pose (vrksasana).



Padahastasana1 (Rightward bending).

Padahastasana2 (leftward bending).

Padahastasana3 (downward bending).

Padahastasana4 (backward bending).